Headlines News :
Home » » Ku Peluk Syurgaku

Ku Peluk Syurgaku

Written By Unknown on Thursday 29 August 2013 | 05:41

Tetes demi tetes air mulai lahir dari rakhim sang mendung yang sedari tadi membuncit, membuat kota Demak bagai kota yang surut, beberapa pengendara menepiskan kuda besi mereka atau sekedar memakai jas hujan. 
Rupanya dinginnya air hujan belum mampu menetralisir panasnya hati Fatin, teriakan para pengumpat yang terkena percikan air yang diproduksi oleh ban Vespa tahun ’45 an nya pun tak digubrisnya, dengan kencang ia melaju, dan tiba-tiba hati fatin mulai terusik lagi, yang membuat raut wajahnya bagai jeruk yang tak sempurna matang.
Sesampai di rumah ..
“kreeek..” (suara pintu kayu yang dibuka oleh fatin)
“sudah pulang nduk ..?” (tanya ibu Fatin dengan logat Demak yang begitu kental), tanpa didahului salam dan cium tangan, Fatin membalas dengan begitu tak pantas “Bu’e, uang semesterannya mana?” dengan bergegas ibunya menghampiri Fatin dan memberikan seluruh uang hasil jualan nasi bungkus yang dijualnya di SD dekat rumahnya.
“ininduk , bu’e baru punya segini”
“Haaa ..kok Cuma dua ratus ribu? bu’e ini gimana sih? aku kan sudah minta dari 2 minggu yang lalu? kalau begini Fatin bisa mengerjakan di luar ruangan!” dengan intonasi tinggi yang begitu tak patut di ucapkan kepada seorang ibu.
“iya nduk, nanti bu’e kasih uang lagi, ibu Qosidah tetangga kita yang kaya itu pasti mau meminjami bu’e uang, atau biar bu’e jual kalung bu’e ini” jawab ibunya dengan meraba kalung penghias lehernya yang diberikan suaminya sebagai mas kawin dulu. Namun sekarang dia sudah kembali ke Rahmatullah 5 tahun silam, tiba-tiba terdengar suara “ngeeek” suara pintu kamar yang berada di belakang ibu fatin, ternyata Rifa adik Fatin mendengar kemarahan kakak satu-satunya itu di balik pintu kamarnya . “kakak, kakak itu kenapa sih? gak sopan banget sama bu’e ?” dengan wajah pucat dan mata agak memerah terlihat bekas air mata di pipinya, dengan spontan telapak tangan Fatin melayang di pipi Rifa yang begitu polos tanpa balutan make-up “plaaakk” kamu masih kecil gak usah ikut campur, “Fatiiin” suara ibunya sambil memeluk dan mengelus pipi anak bungsunya itu.
Bergegas Fatin menyartarter kuda besinya menuju ke selatan tepatnya ke alun-alun kota Demak dan masjid agung Demak,ia duduk di salah satu kursi kosong, tiba-tiba ...
Mbak,mau lagu apa? Cuma seribu satu lagu?pripun? monggo?”
Suara pengamen remaja dengan ukulelenya yang siap untuk dipetik. “lagu apa saja yang penting enak didengar” Fatin sambil mengeluarkan uang dua ribuannya dari saku. Seorang pengamen itu pun bersiap untuk memetik ukulelenya dan mengambil nada, dan ternyata syair yang dilantunkan pengamen itu tak asing lagi di telinga Fatin .
“Kata mereka diriku selalu dimanja, kata mereka diriku selalu ditimang ..” tanpa disadari Fatin ikut menyanyi dan meneteskan air mata, Fatin menyesal atas perbuatannya tadi pada ibunya. “Apa yang telah ku perbuat tadi?setan apa yang merasukiku? Tega-teganya aku membentak ibuku, bahkan aku tega menampar adik ku?ya Robbi..anak macam apa aku ini?kakak macam apa aku ?”. Dia begitu tersedu-sedu, ingin segera pulang untuk meminta maaf dan bersujud di kaki ibunya. “lho, lho, lho, mbak mau kemana ? ini lagunya belum selesai, didengerin dulu mbak ..” cegah si pengamen sambil kabingungan karena Fatin tiba-tiba pergi dan menangis . “mbakkae gene yo? opo laguku salah leh ?” dengan memandang Fatin yang semakin jauh.
Sesampainya di rumah ..
“Bu’e maafin Fatin ..” tanpa sepucuk salam Fatin masuk istananya dengan diiringi air mata yang begitu deras mengalir di pipinya . “Alhamdulillah nduk, kamu sudah pulang” suara lirih ibunya yang sedang duduk di kursi sambil mengelus dan memeluk anak bungsunya. “bu’e maafin Fatin, Fatin sudah durhaka sama bu’e, Fatin ndak akan lagi bentak bu’e, bu’e jangan jual kalung dari bapak ya? bu’e simpan aja, nanti biar Fatincari uang sendiri, bu’e maafin Fatiiin” dengan berlinangan air mata, Fatin memeluk dan bersujud di tempat surganya nanti . “sudah nduk, bu’e sudah maafin kamu, kamu jangan begitu lagi ya?sekarang minta maaf sana sama adik mu? Dari tadi dia nangis terus ..” segera dia memeluk dan mencium adik yang dia sakiti tadi “adek maafin kakak ya? kakak ngga akan gitu lagi, mulai sekarang kakak akan selalu jaga adek” dengan nada tersedu-sedu Rifa menjawab “apologize except” Rifa pun  memeluk kakak yang begitu ia sayangi, dan sang ibu menghampiri dan memeluk kedua anaknya yang begitu ia sayangi .

NB : Tahukah kalian, bahwa di setiap kita membentak dan hati ibu kita terasa tersakiti, maka itu bisa mengurangi usia ibu kita, jadi semakin kalian membentaknya, semakin singkat waktu yang kita punya untuk bersamanya .
Bu’e,, you’re my everything .


Oleh: Rifatin Ahmad Shodiq.
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | PakCharis | Admin MATU
Copyright © 2011. BULETIN KRISTAL MA TAJUL ULUM - All Rights Reserved