Krisis
Kepemimpinan Tercermin, dari Pro-Kontra UU Sisdiknas
|
[Agama dan Pendidikan]
Kairo, Pelita
Pro-kontra yang tajam menjelang disahkannya
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) bulan silam,
senantiasa menyadarkan bangsa Indonesia bahwa saat ini negara kepulauan
terbesar di dunia itu sedang mengalami krisis kepemimpinan.
Krisis kepemimpinan bangsa itu tercermin dari hampir
tidak ada tokoh politik yang suaranya berwibawa dan didengar semua komponen
masyarakat untuk meredam pro-kontra UU Sisdiknas tersebut.
Hal itu terungkap dalam seninar sehari di Kairo, bertema
"Pendidikan Nasional Pasca-Pengesahan UU Sisdiknas" yang
diselenggarakan di Aula Saleh Kamil, Universitas Al-Azha, Selasa malam (Rabu
dinihari WIB).
Tampil sebagai nara sumber utama, pakar komunikasi
Prof Dr Bachtiar Aly, MA, Ketua Dewan Pertimbangan Pendidikan Agama pada
Depag KH Abdullah Syukri Zarkasyi, MA, dan Anggota Dewan Pertimbangan Agung
(DPA) KH Drs Kafrawi Ridwan, MA.
Bertalian dengan krisis kepemimpinan di Indonesia,
Kafrawi yang saat ini menjabat Rektor Institut Studi Islam Darussalam (ISID)
Gontor, memiliki argumen menarik yang membandingkan situasi era reformasi dan
pra-reformasi.
Terlepas dari segala kekurangannya, Presiden Soeharto
ketika berkuasa, tampil sebagai tokoh panutan bangsa, yang suaranya didengar
hampir semua komponen masyarakat, ujar alumnus Universitas McGill, Montreal,
Kanada ini.
Mantan Sekjen Depag itu mengemukakan contoh, ketika
ada protes beberapa kalangan menjelang disahkannya UU Peradilan Agama,
suara-suara protes itu segera menghilang begitu Presiden Soeharto menyatakan
setuju.
Situasi itu berbeda dengan apa yang terjadi ketika
disahkannnya UU Sisdiknas di era reformasi, yang tampaknya pro-kontra itu
masih berlanjut. Hal ini timbul akibat tak ada suara berwibawa dari tokoh
panutan bangsa, katanya.
Pendapat itu "diamini" pakar komunikasi,
Prof Bachtiar Aly. Ia menilai, saat ini Indonesia sedang dalam masa transisi,
dan pada posisi itu rakyat sedang mencari figur pemimpin bangsa yang dapat
mengayomi seluruh masyarakat.
"Pemimpin bangsa yang dirindukan rakyat Indonesia
pasti muncul pada Pemilu tahun depan. Oleh karena itu, siapapun yang
terpilih, bangsa Indonesia wajib menyambutnya dengan lapang dada," kata
Bachtiar yang saat ini mengemban misi diplomatik sebagai Dubes RI untuk
Mesir.
Pernyataan senada diungkapkan Kiai Syukri Zarkasyi
yang juga pimpinan Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur.
Menurut dia, Pemilu mendatang merupakan pertaruhan
bangsa Indonesia untuk mencari figur pemimpin yang tepat guna menyelesaikan
krisis multi dimensi saat ini.
Karena itu hendaknya bangsa Indonesia memilih
pemimpin yang pas, bervisi menyelesaikan krisis, dan jangan sampai muncul
figur yang justru menciptakan krisis baru, ujarnya berpesan.
Selain masalah kepemimpinan nasional, seminar sehari
berbentuk dialog umum itu juga membahas beragam persoalan di Tanah Air yang
tengah dihadapi dewasa ini.
Seminar tersebut diselenggarakan oleh Ikatan Keluarga
Pondok
Modern Gontor (IKPM) Mesir, yang dihadiri sekitar 800
warga masyarakat Indonesia setempat, umumnya mahasiswa. (dik/ant)
Redaksi kristal Oktober 2013 |
krisis kepemimpinan tercermin , dari pro- kontra UU Sisdiknas
Written By Unknown on Monday 28 October 2013 | 23:13
Labels:
OPINI
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !