Headlines News :
Home » » Ku Kenakan Lagi Mukenaku

Ku Kenakan Lagi Mukenaku

Written By Unknown on Thursday 10 October 2013 | 20:53


         Teriknya sang surya mengisahkan tergoresnya sedikit cerita dalam kehidupan usia kelamku. Tak pernah terbesit bahkan terbayang dalam hidup, aku lahir di tengah-tengah keluarga yang tergolong berkecukupan bahkan di kategorikan lebih. Tapi di balik semua itu aku belum merasa sempurna karna tak semuanya dapat dimiliki termasuk kehangatan dan kebersamaan bersama keluarga.
            Dengan adanya seperti itu, angin membawa hidup ku menjadi bebas , tak mengenal arti norma, bahkan dalam hatiku telah lebur asal mula kehidupanku dulu yang beragama islam. Kini ku jalani hidupku hanya dengan berfoya-foya tanpa malu kesana kemari bermain dengan seorang laki-laki sampai tak mengenal waktu, tapi disitu aku belum menemukan ketenangan  “ bibb..bibb..” suara klakson temanku menyadarkan bahwa dia telah sampai di depan rumah. “ Vera,, ayo kita jalan-jalan, dari pada boring malming cuma di rumah” ajak Nasab. Dengan gesit aku melewati tangga menuju mobilnya.
            Malam itu terasa begitu cepat, pukul 12 malam pun telah berlalu. Jam pun berdentang keras, tapi tak sampai membawa sinyal ke gendang telingaku untuk pulang. Hingga jam 2 pagi tiba, kami baru pulang setelah merasa lelah. Karna ulah kenakalan kami, hingga kami pulang dalam keadaan mabok.
            Keanehan terjadi dalam perjalanan kami, mobil yang kami kendarai hampir menabrak truk, hingga tiba-tiba terperosok ke dalam jurang. Kami semua tergampar ke jurang sedangkan aku terbawa arus hingga membawa aku hanyut terbawa arus yang deras. Perjalanan semu ku berhenti disuatu daerah yang asing di mataku. Hingga aku ditemukan seorang nelayan di sungai. Dia membawaku menuju gubuknya. Dua hari aku tertidur tanpa sadar.
“ Alhamdulillah kau telah sadar..” syukur bapak. “ saya Pak Badrun, bapak tidak bermaksud jahat sama kamu nak, kemarin bapak temukan kamu terdampar di sungai,  jadi bapak bawa kesini ..” penjelasan bapak. Ku hanya terdiam dan melamun mengingat kejadian yang ku alami kemarin. Tanpa sadar setetes air mata mengalir di pipiku.
            Senja pun kini datang untuk menyambut kisah baruku. Terdengar suara menimba air di sumur, ku amati lekat-lekat apa yang dia lakukan, terasa aneh tapi terlihat tidak asing, dia membasuh muka, tangan, kaki, dan sebagainya. Sebenarnya apa yang dia lakukan ? tiba-tiba dia pergi dan melakukan yang sepertinya itu sholat. Tak lama kemudian dia membaca sebuah buku, tapi isinya berbeda terlihat indah hingga tiba-tiba tanpa sadar aku menyenggol sebuah gelas. “  Pyaarrr..”.
“ Astaghfirullah..‘’ ucapnya. “ Maaf, maaf bukan maksud ku mengganggu.” Sesalku. “ Gak papa mbak, maaf telah mengganggu tidur mbak.” ucapnya. “ Gak kok, kamu siapa, dan tadi apa yang kamu baca ? itu semua membuatku tenang.” tanya ku. “ Aku ro’ful, anak Pak Badrun, yang ku baca tadi adalah Al-qur’an.” jelasnya. “ Oh,, jadi kamu anaknya bapak ? aku Vera, bolehkah aku meminta kamu membaca itu lagi ?” pintaku.
            Perkenalan denganya membuat hatiku dan hidupku berbeda, beribu-ribu ceritanya membuat hatiku lebih berwarna. Dia selalu bercerita tentang agama yang pernah ku anut, yaitu Islam. Ketenangan mengalir dari ceritanya hingga hatiku sedikit luluh. “ Maaf, ini apa ? kain putih panjang dan bentuknya apa ini ?” tanyaku. “ Ini mukena almarhum ibuku, inilah pakaian buat sholat serorang wanita” jelasnya. “Sepertinya dulu SD aku pernah memakainya, bolehkah aku mulai memakai kembali ?” tanyaku. “ Silahkan jika mbak siap buat mulai memakainya, pakailah ini.” pemberiannya. Semuanya telah ku temukan kembali, sedikit demi sedikit kehangatan yang dulunya ku cari. Dilandasi kederhanaan dan keimanan yang benar membuat hatiku tentram. Akhirnya ku kenal kembali apa yang rohani ini inginkan, bukan harta tapi ketenangan. Lengkap sudah semuanya setelah mengenalnya. Lalu aku mengajak mereka bergabung ke gubuk kelahiranku . beberapa tahun kemudian ku temukan rasa yang berbeda pada diri kami, hingga tanpa ku duga Ro’ful meminangku. Tanpa basa-basi hati ini tak bisa berdusta untuk menolaknya. Hingga akhirnya kita menjadi mahrom.


Anjiati N Athiyah IPA A
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | PakCharis | Admin MATU
Copyright © 2011. BULETIN KRISTAL MA TAJUL ULUM - All Rights Reserved