Headlines News :
Home » » PRIMODIAL

PRIMODIAL

Written By Unknown on Thursday 27 November 2014 | 18:03



Primodial
            Pagi yang cerah dengan lalu lalang kendaraan di sekitar SMA Tunas Bangsa yang begitu ramai. Murid-murid SMA mulai berdatangan dengan seulas senyuman dan semangat yang tinggi. Begitu juga dengan ketiga gadis cantik yang sudah bersahabat sejak sekolah dasar itu.
            Sesampainya di kelas pelajaran berjalan seperti biasa hingga bel tanda istirahat berbunyi. Teet... teet... teet... Mita dan Nayla bergegas menuju ke kantin untuk sekedar mengisi perut mereka yang keroncongan. Tapi tidak dengan Rara, semenjak ia menjabat sebagai wakil Osis, ia lebih sering menghabiskan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Hal itu yang membuat hubungan persahabatannya menjadi renggang. “Rara kemana Nay..? kok nggak kelihatan..!!”. Tanya Mita sambil mengunyah makanannya. “Duuhh... udah dehh,, nggak usah nanyakin Rara, dia tu uddah lupa sama kita..!!!”. Sahut Nayla dengan nada kesal. “Mungkin dia lagi banyak tugas, udah yuk balik ke kelas, ntar keburu masuk lagi”. “Okey fieks”.
            Sewaktu pulang sekolah Rara berusaha mencari kedua sahabatnya. “Nayla!! Mita!!, kita pulang bareng yuk!!”. Panggil Rara sambil mendekati keduanya. “Nggak ah,, nggak perlu!! Kayaknuyan kamu uddah nggak butuh kita lagi dehh!!”. Ujar Nayla dengan ketusnya. “Jangan ngomong gitu Nay.. Rara kan juga sahabat kita..”. Mita berusaha membela Rara tapi Nayla malah tetap keras kepala dan pergi meninggalkan keduanya. Rara berusaha menarik tangan Nayla tapi Nayla malah melepasnya dan berlari mmenyusuri jalan raya. Selang beberapa menit, terdengar “Brraakkk!!!!”. Semua orang menghampiri asal suara tersebut. Termasuk Mita dan Rara. Alangkah terkejutnya karena yang mereka lihat adalah Nayla yang tertabrak motor ketika hendak menyabrang. Nayla dilarikan ke rumah sakit terdekat. Karena cukup parah, Nayla membutuhkan donor darah. Tanpa berfikir panjang Rara yang golongan darahnya sama dengan Nayla bersedia mendonorkan darahnya. Rara meminta Mita untuk merahasiakannya dari Nayla dan memilih langsung pulang karena takut Nayla masih marah padanya.
            Setelah beberapa minggu dirumah sakit akhirnya Nayla bisa kembali ke sekolah lagi. “Nayla... How are you??”. Tanya Mita. “Aku dah baikan kok, makasih yaa..”. “Kembali kasih.. eh Nay, Rara udah dua minggu di rumah sakit, kankernya kambuh... kita jengukin yuk..”. “Nggak ahh... yang nyebapin aku kecelakaan kan Rara.. ngapain kita jengukin dia”. “Ayo lah Nay.. sebentar.. saja”. “Sekali nggak ya nngak!!”. “Tapi Rara udah nyelametin kamu kemarin”. “Nyelametin gimana maksut kamu??”. Akhirnya Mita menceritakan bahwa Rara yang mendonorkan darahnya untuk Nayla.
            Belum sempat selesai, handphone Mita berdering. “Assalamu’alaikum...”. Setelah mengucap salam Mita hanya diam. “Innalilahi wa inna ilaihiroji’un”. “Siapa yang meninggal Mit??”. Tanya Nayla. Tetapi Mita tetap diam. “Siapa Mit!! siapa!!”. Dengan keberatan bibir Mita dan air matanya, Mita menjawab “Ra.. Ra.. Rara Nay, Rara meninggal”. Nayla terkejut mendengarnya “Innalillahii... kenapa kamu pergi secepat ini Raa...”. Keduanya bergegas menuju kekediaman Rara. Sampai disana, hanya isakan tangis dan kesedihan yang ada. Seusai jasad Rara disholati, Nayla dan Mita ikut menghantar Rara ke tempat peristirahatan terakhirnya.
            Seusai dimakamkan, satu persatu beranjak pergi, kecuali Mita dan Nayla yang masih ingin bersama dengan sahabat mereka. Mereka membuka lembaran kertas yang diberikan ibu Rara ketika mereka masih di rumah Rara tadi, dengan air mata yang masih mengalir deras, perlahan surat itu dibaca tepat di depan makam Rara yang masih basah dan wangi.

 



















Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | PakCharis | Admin MATU
Copyright © 2011. BULETIN KRISTAL MA TAJUL ULUM - All Rights Reserved